Masa kanak-kanak dilaluinya dalam serba keterbatasan, Kwee Tjie Hoei sangat ingin menjadi insinyur elektro sejak pertama dia bersentuhan dengan solder dan perangkat elektronika.
Akibat masa kerja yang dilaluinya dengan keras itu, Kwee Tjie Hoei, kelulusannya di SMA menjadi bersamaan dengan sang adik Kwee Tjie Ong. Salah satu dari mereka harus berkorban untuk menghidupi dan membiayai sekolah yang lain. Kwee Tjie Hoei lagi-lagi akhirnya memutuskan untuk melepaskan mimpinya dan membiarkan sang adik agar masuk jurusan kedokteran yang dia idamkan. Sejak itu hari-hari Kwee Tjie Hoei tak pernah lepas dari kerja keras.
Menjadi guru olah raga adalah pekerjaan tetap pertama Kwee Tjie Hoei. Dia mengajar di sekolah Tionghoa bernama Nan Hua. Hari pertama mengajar dia menangani kelas dan berkenalan dengan murid perempuan bernama Lim Kwei Ing yang membuatnya jatuh cinta, namun Kwee Tji Hoei berusaha menjaga jarak. Selain karena dia adalah guru, Lim Kwei Ing berasal dari keluarga kaya. Ayahnya pemilik bank besar di Bandung. Akhirnya pada tahun 1959, Kwee Tjie Hoie dan Lim Kwei Ing menikah.
Ketika masa peraihan Orde Lama ke Orde Baru, Lim Khe Tjie dicekal tak bisa kembali ke Indonesia, tertahan di Hong Kong. Sementara bisnis Bank mengalami kesulitan besar di ambang pailit, karena banyak pengkhianat yang menggerogoti asetnya dari dalam.
Kwee Tjie Hoei berhasil memukul mundur jajaran direksi nakal dan menggiring mereka diproses kejaksaan, bahkan, karena dipandang sebagai kasus perbankkan penting di tahun itu. Kini Bank sudah bersih dari pengkhianat. Kwee Tjie Hoei juga berhasil melepaskan Bank dari dikte dan ancaman pihak pihak arogan. Hari-hari baru dijalani Kwee Tjie Hoei dan karyawannya dengan semangat menggebu untuk mengejar semua ketertinggalan.
Sayangnya, kondisi ekonomi tidak berpihak pada mimpi besar mereka. Tahun 1965 terjadi kekacauan politik, ekonomi dan keamanan yang menyebabkan pemerintah harus mengambil kebijakan moneter menurunkan nilai uang Rp.1000 menjadi Rp.1,-. Masyarakat segera saja panik, terutama mereka yang menabungkan uangnya di bank.
Dalam perjuangannya membangun bisnis yang ditinggalkan sang mertua, Kwee Tjie Hoei mengalami percobaan pembunuhan tiga kali. Ia terus berjuang keras, menggandeng para karyawan dan pimpinan lapis kedua untuk sama-sama mengangkat kondisi terpuruk menjadi stabil. Akhirnya Kwee Tjie Hoei sukses menunaikan amanah sang mertua dalam membangun Imperium Bank.