Arsip Festival Film Indonesia

Teuku Rifnu Wikana

3 Agustus 1980

Teuku Rifnu Wikana adalah aktor berkebangsaan Indonesia. Ia dikenal luas dengan perannya dalam film Laskar Pelangi yang diangkat dari novel berjudul sama. Ia mengawali karier seni peran dengan menjadi aktor teater. Ia memulai debut film pertamanya dengan menjadi pemain figuran dalam film Mengejar Matahari yang disutradarai oleh Rudy Soedjarwo.

 

Rifnu mengawali kariernya di bidang seni peran sebagai aktor teater. Ia kemudian pertama kali muncul di layar lebar lewat debut aktingnya di film Mengejar Matahari di tahun 2004. Bisa dipercaya oleh Rudi Soedjarwo dalam Mengejar Matahari diungkapkannya tak direncanakan, saat itu ia hanya tengah mengantar temannya dan dipaksa mengikuti casting film tersebut. Film kemudian menjadi minat yang dipilihnya hingga kini. Akting tak semata-mata cara bagi bintang 36 tahun ini untuk meraih kepopuleran. Baginya film adalah cara baginya untuk berkarya.

 

Setelah film pertamanya sukses, Rifnu ikut membintangi film bergenre horor, Pocong pada tahun 2006. Namun, Lembaga Sensor Film (LSF) melarang film ini untuk beredar dengan alasan tertentu. Setelah itu, pemuda keturunan Aceh ini kerap dilibatkan oleh Rudi Soedjarwo dalam beberapa film garapannya mulai 9 Naga (2006) hingga Mendadak Dangdut (2006).

 

Sejak itu tampangnya pun perlahan mulai familiar di benak pecinta film tanah air. Tidak berhenti sampai di situ, ia juga ikut bergabung dengan Moviesta, sebuah komunitas yang dipimpin sineas Monty Tiwa. Tak perlu menanti lama, Monty Tiwa langsung mengajaknya menjadi orang Batak dalam Maaf, Saya Menghamili Istri Anda (2007), yang sempat mengundang kontroversi. Selanjutnya ia kerap tampil dalam film-film garapan Monty Tiwa seperti Otomatis Romantis (2008), XL, Antara Aku, Kau dan Mak Erot (2008), Barbi3 (2008) dan Kalau Cinta Jangan Cengeng (2009). Ia juga pernah menyutradarai film indie Garis Hitam yang diputar di Goethe-Institut pada tahun 2008.

 

Pada tahun 2008 ia membintangi film Laskar Pelangi arahan sutradara Riri Riza yang diadaptasi dari novel laris karya Andrea Hirata. ia berperan sebagai sosok guru bernama pak Bakrie. Bakrie menanggalkan idealismenya untuk pindah mengajar ke sekolah yang lebih kayak ketimbang mengajar di SD Muhammadiyah yang secara infrastruktur sudah tak layak lagi disebut sebagai sekolah. Riri Riza, sang sutradara, mengungkapkan alasan dirinya memilih Rifnu terlibat dalam film tersebut karena Rifnu dengan geram menunjuk-nunjuk Riri dalam sebuah diskusi mengenai sensor film di Galeri Cipta II, Taman Ismail Marzuki.

 

Di tahun 2009, ia kemudian dipercaya berperan dalam film Trilogi Merah Putih, sebuah kisah perjuangan para pejuang di masa mencapai kemerdekaan. Ia berperan sebagai salah satu taruna yang melawan penjajah bernama Dayan. Ia adalah seorang kadet asal Bali namun tak memiliki kemampuan untuk berbicara.

 

Lewat film Darah Garuda pada tahun 2010, peran memukau Rifnu berhasil membuatnya masuk dalam nominasi Aktor Pembantu Terbaik dan Terfavorit dalam ajang Indonesian Movie Awards 2011. Perlahan jaringan pertemanan Rifnu semakin banyak. Namanya semakin dikenal termasuk oleh sutradara Gareth Evans yang nyaris membuatnya terlibat dalam aksi The Raid pada tahun 2011. Kesempatan terlibat dalam film tersebut belum berpihak pada Rifnu, lantaran ia sudah kontrak dengan film Sang Penari yang sudah lebih dulu ia tanda tangani sebelum keinginannya terlibat di The Raid terwujud.

 

Tahun 2011, ia berperan dalam film Sang Penari. Dalam film adaptasi trilogi novel Ronggeng Dukuh Paruk itu, Teuku Rifnu terlibat beradu akting dengan Prisia Nasution dan Oka Antara. Rifnu berperan sebagai Darsun teman kecil Srintil yang diperankan Prisia. Filmnya lainnya yang pernah ia bintangi antara lain Kita Versus Korupsi (2012), Habibie & Ainun (2013), Leher Angsa (2013) dan Java Heat (2013).

 

Pada tahun 2013, ia memerankan Walikota Solo–yang di kemudian hari menjadi Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, dalam film Jokowi. Rekam jejak kehidupan Jokowi pun diabadikan ke layar lebar dan Rifnu dipercaya memerankan sosok tersebut di layar lebar. Ia beradu akting dengan Prisia Nasution yang memerankan sosok sang istri, Iriana.

 

Selain menjadi aktor seni peran. Rifnu menjadi produser film Night Bus bersama Darius Sinathrya yang tayang pada 6 April 2017. Selain menjadi produser, Rifnu juga menulis skenario dan cerita untuk film yang dibintangi Edward Akbar, Alex Abbad, dan Yayu Unru itu. Ingin membuat nuansa baru dalam dunia perfilman Indonesia, Teuku Rifnu Wikana dan Darius Sinathrya memberanikan diri untuk membuat film thriller berjudul Night Bus, yang mengambil cerita konflik separatis dan kemanusiaan. Film ini merupakan adaptasi dari cerpen Selamat yang ditulis Teuku Rifnu Wikana. Cerpen Selamat sendiri terinspirasi dari pengalaman Rifnu ketika melakukan perjalanan ke daerah konflik. Namun kala rilis di bioskop, jumlah penonton film ini sangat sedikit yakni total 20.000 selama peredarannya. Film ini menghantarkannya menerima Piala Citra sebagai Pemeran Utama Pria Terbaik dan Penulis Skenario Adaptasi Terbaik (bersama Rahabi Mandra) dalam Festival Film Indonesia 2017.

2 Piala 2 Nominasi

    WP_Post Object ( [ID] => 1979 [post_author] => 3 [post_date] => 2020-08-30 12:39:31 [post_date_gmt] => 2020-08-30 12:39:31 [post_content] => Lagu kebangsaan Indonesia Raya adalah simbol dan identitas bangsa semenjak mula pertama berkumandang bersamaan dengan bergemanya ikrar Sumpah Pemuda.   Momentum 28 Oktober 1928 ini merupakan perwujudan dari kebangkitan kesadaran perlawanan terhadap penjajah secara nasional, yaitu kesadaran untuk melawan penjajah secara bersama-sama sebagai satu bangsa, Indonesia Raya, dan tidak lagi berbasis kedaerahan dan kesukuan maupun keagamaan. Daya pembangkit kesadaran kebangsaan yang terkandung dalam lagu Indonesia Raya dan Sumpah Pemuda, yang lahir bersamaan pada 28 Oktober 1928.   “Aku harus ikut berjuang untuk kemerdekaan bangsa ini dengan lagu dan biolaku. Untuk itu, aku pun harus terlibat langsung dalam pergerakan kemerdekaan bangsa ini”. Demikianlah semangat membara dalam diri seorang Wage Supratman, laki-laki kelahiran Somongari, Purworejo, 19 Maret 1903. Somongari tidak lain adalah desa yang diyakini dibuka oleh sisa-sisa laskar pasukan Pangeran Diponegoro, perdikan yang masih terus mengobarkan semangat perlawanan terhadap penindasan penjajah.   Darah pejuang itu bisa jadi memberi semangat bagi Wage Supratman ketika memutuskan untuk meninggalkan segala kemewahan yang dimilikinya di Makassar dan kembali ke Jawa. [post_title] => Wage [post_excerpt] => [post_status] => publish [comment_status] => closed [ping_status] => closed [post_password] => [post_name] => wage [to_ping] => [pinged] => [post_modified] => 2020-09-14 10:44:24 [post_modified_gmt] => 2020-09-14 10:44:24 [post_content_filtered] => [post_parent] => 0 [guid] => https://arsip.festivalfilm.id/?post_type=film&p=1979 [menu_order] => 0 [post_type] => film [post_mime_type] => [comment_count] => 0 [filter] => raw )
  • 2018 Nominasi Pemeran Pendukung Pria Terbaik Wage
  • WP_Post Object ( [ID] => 6791 [post_author] => 3 [post_date] => 2020-12-19 09:45:14 [post_date_gmt] => 2020-12-19 09:45:14 [post_content] => Film ini mengisahkan tentang sebuah bus yang melaju menuju Sampar, sebuah kota yang terkenal kaya akan sumber daya alamnya dan dijaga ketat oleh sekelompok tentara yang siap siaga melawan para militan pemberontak yang menuntut kemerdekaan atas tanah kelahiran mereka. Setiap penumpang bus ini memiliki tujuannya masing-masing. Pada awalnya mereka berpikir bahwa ini akan menjadi perjalanan menuju daerah konflik seperti biasa, tetapi tanpa mereka sadari ada penyusup yang membawa pesan penting yang harus di sampaikan ke Sampar. Pesan penting ini dapat mengakhiri konflik yang terjadi. Namun kehadiran penyusup ini membahayakan semua penumpang, karena dia dicari oleh kedua pihak yang tengah bertikai. Situasi menjadi semakin menegangkan ketika semua orang harus memperjuangkan hidupnya di sela-sela desingan peluru. Ditambah lagi, mereka juga harus menghadapi pihak lain yang justru tidak menginginkan konflik berakhir, yakni para kaum oportunis, pemelihara konflik karena mereka hidup dari konflik. Tidak ada yang tahu, siapa yang akan mati dan siapa yang akan tetap hidup. [post_title] => Night Bus [post_excerpt] => [post_status] => publish [comment_status] => closed [ping_status] => closed [post_password] => [post_name] => night-bus [to_ping] => [pinged] => [post_modified] => 2020-12-19 09:52:25 [post_modified_gmt] => 2020-12-19 09:52:25 [post_content_filtered] => [post_parent] => 0 [guid] => https://arsip.festivalfilm.id/?post_type=film&p=6791 [menu_order] => 0 [post_type] => film [post_mime_type] => [comment_count] => 0 [filter] => raw )
  • 2018 Nominasi Film Terbaik Night Bus
  • WP_Post Object ( [ID] => 6791 [post_author] => 3 [post_date] => 2020-12-19 09:45:14 [post_date_gmt] => 2020-12-19 09:45:14 [post_content] => Film ini mengisahkan tentang sebuah bus yang melaju menuju Sampar, sebuah kota yang terkenal kaya akan sumber daya alamnya dan dijaga ketat oleh sekelompok tentara yang siap siaga melawan para militan pemberontak yang menuntut kemerdekaan atas tanah kelahiran mereka. Setiap penumpang bus ini memiliki tujuannya masing-masing. Pada awalnya mereka berpikir bahwa ini akan menjadi perjalanan menuju daerah konflik seperti biasa, tetapi tanpa mereka sadari ada penyusup yang membawa pesan penting yang harus di sampaikan ke Sampar. Pesan penting ini dapat mengakhiri konflik yang terjadi. Namun kehadiran penyusup ini membahayakan semua penumpang, karena dia dicari oleh kedua pihak yang tengah bertikai. Situasi menjadi semakin menegangkan ketika semua orang harus memperjuangkan hidupnya di sela-sela desingan peluru. Ditambah lagi, mereka juga harus menghadapi pihak lain yang justru tidak menginginkan konflik berakhir, yakni para kaum oportunis, pemelihara konflik karena mereka hidup dari konflik. Tidak ada yang tahu, siapa yang akan mati dan siapa yang akan tetap hidup. [post_title] => Night Bus [post_excerpt] => [post_status] => publish [comment_status] => closed [ping_status] => closed [post_password] => [post_name] => night-bus [to_ping] => [pinged] => [post_modified] => 2020-12-19 09:52:25 [post_modified_gmt] => 2020-12-19 09:52:25 [post_content_filtered] => [post_parent] => 0 [guid] => https://arsip.festivalfilm.id/?post_type=film&p=6791 [menu_order] => 0 [post_type] => film [post_mime_type] => [comment_count] => 0 [filter] => raw )
  • 2018 Pemenang Pemeran Utama Pria Terbaik Night Bus
  • WP_Post Object ( [ID] => 6791 [post_author] => 3 [post_date] => 2020-12-19 09:45:14 [post_date_gmt] => 2020-12-19 09:45:14 [post_content] => Film ini mengisahkan tentang sebuah bus yang melaju menuju Sampar, sebuah kota yang terkenal kaya akan sumber daya alamnya dan dijaga ketat oleh sekelompok tentara yang siap siaga melawan para militan pemberontak yang menuntut kemerdekaan atas tanah kelahiran mereka. Setiap penumpang bus ini memiliki tujuannya masing-masing. Pada awalnya mereka berpikir bahwa ini akan menjadi perjalanan menuju daerah konflik seperti biasa, tetapi tanpa mereka sadari ada penyusup yang membawa pesan penting yang harus di sampaikan ke Sampar. Pesan penting ini dapat mengakhiri konflik yang terjadi. Namun kehadiran penyusup ini membahayakan semua penumpang, karena dia dicari oleh kedua pihak yang tengah bertikai. Situasi menjadi semakin menegangkan ketika semua orang harus memperjuangkan hidupnya di sela-sela desingan peluru. Ditambah lagi, mereka juga harus menghadapi pihak lain yang justru tidak menginginkan konflik berakhir, yakni para kaum oportunis, pemelihara konflik karena mereka hidup dari konflik. Tidak ada yang tahu, siapa yang akan mati dan siapa yang akan tetap hidup. [post_title] => Night Bus [post_excerpt] => [post_status] => publish [comment_status] => closed [ping_status] => closed [post_password] => [post_name] => night-bus [to_ping] => [pinged] => [post_modified] => 2020-12-19 09:52:25 [post_modified_gmt] => 2020-12-19 09:52:25 [post_content_filtered] => [post_parent] => 0 [guid] => https://arsip.festivalfilm.id/?post_type=film&p=6791 [menu_order] => 0 [post_type] => film [post_mime_type] => [comment_count] => 0 [filter] => raw )
  • 2018 Pemenang Skenario Adaptasi Terbaik Night Bus