Hans, pemuda asal Serui, Papua, bercita-cita menjadi pesepakbola profesional. Namun nasib berkata lain. Pada saat Hans hampir kehilangan semangat hidupnya, ia bertemu dengan Mak, seorang pemilik rumah makan Minang sederhana. Di tengah perbedaan mereka, Hans dan Mak menemukan persamaan. Mimpi dan semangat hidup terbentuk kembali lewat makanan dan masakan.
Hans juga mendapat penolakan dari Parmanto, juru masak dan Natsir, juru senduak. Keadaan menjadi semakin memburuk ketika mereka mendapat saingan sebuah rumah makan baru yang lebih besar persis di depan lapau. Hans, Mak, Natsir dan Parmanto harus menyelesaikan perselisihan di antara mereka untuk menyelamatkan lapau mereka.