Di tengah kemakmuran Hindia Belanda dari hasil buminya, kaum pribumi tetap terpinggirkan. Tjokroaminoto (Reza Rahadian) yang bekerja sebagai pegawai administrasi dan anak seorang menak, memutuskan untuk berbuat sesuatu mengakhiri ketidakadilan ini. Berbekal kemampuan organisatornya dan memanfaatkan iklim Politik Etis, Tjokroaminoto mengembangkan Sarekat Islam sebagai sarana penggalangan dan penyadaran masyarakat akan hak-hak politik dan, terlebih mendasarnya, hak-hak azasi mereka. Kegiatan Tjokro membuat penguasa gerah. Namun pada saat yang sama pula, Tjokro melakukan sesuatu yang membuatnya memang pantas dijuluki guru sejati sebuah bangsa: dia menjadikan rumahnya sebagai pondokan sekaligus pusat pendidikan kader-kader muda bangsa, antara lain Soekarno muda.