Arsip Festival Film Indonesia

Henidar Amroe

11 April 1962

Henidar Amroe (lahir di Bogor) adalah mantan peragawati dan model tahun 1980-an yang sekarang masuk ke dunia film dan sinetron. Henidar berdarah Jawa-Sunda-Inggris-Minang. Setelah mengurangi aktivitasnya di dunia modeling, Hanidar mulai merambah ke dunia seni peran.

 

Ia mengawali debutnya di dunia film dengan bermain film Pengantin Remaja II (1982), produksi PT Sukma Putra Film, yang disutradarai oleh Sandy Suwardi Hassan, dengan pasangan main Ikang Fawzi.Henidar juga sempat bermain dalam film Kulihat Cinta di Matanya (1985).

 

Setelah industri perfilman bangkit lagi, Henidar juga ikut meramaikannya dengan turut bermain dalam Petualangan Sherina (2000), Eliana, Eliana (2002), Gie (2005), Love is Cinta (2007). Henidar mulai terjun ke dunia sinetron pada tahun 1991 lewat Mawar Sejati Mawar Berduri yang ditayangkan RCTI.

 

Sinetron lain yang pernah dibintanginya antara lain sinetron Meniti Cinta, dan sinetron PadaMu Aku Bersimpuh, serta sinetron komedi Yuk Kawin Yuk. Meski tak lagi sering tampil di catwalk, Henidar tetap eksis di dunia yang membesarkan namanya, yaitu modelling dengan mendirikan sekolah modelling bernama Henidar Amroe Modelling School and Agency (HAMSA).

 

Henidar bekerja sama dengan beberapa artis dan model yang sudah cukup memiliki pengalaman sebagai staf pengajarnya. Tahun 2007, Henidar mendapat nominasi pertamanya di Festival Film Indonesia untuk kategori Pemeran Pendukung Wanita Terbaik lewat perannya di film Love is Cinta. Pada tahun 2009, Henidar memenangkan Piala Citra lewat nominasi Pemeran Pendukung Wanita Terbaik, untuk perannya dalam film Mereka Bilang, Saya Monyet.

1 Nominasi

    WP_Post Object ( [ID] => 7544 [post_author] => 3 [post_date] => 2020-12-23 04:28:11 [post_date_gmt] => 2020-12-23 04:28:11 [post_content] => Bekerja sebagai wartawan freelance dan terobsesi jadi penyair, Rosid yang lahir di keluarga Muslim yang taat memang terlihat santai menjalani hidup dengan gayanya sendiri. Itulah yang menarik bagi Delia yang beragama Katolik dan aktivis kampus. Keduanya mempertahankan keyakinannya masing-masing tetapi saling mengagumi satu sama lain. Sayangnya orangtua masing-masing tidak setuju. Ayah-ibu Delia terang-terangan menolak, sedangkan ayah-ibu Rosid menjodohkannya dengan gadis berjilbab yang soleh, Nabila. Selain itu Rosid juga dipertanyakan keagamaannya karena tidak bersedia memakai peci dan baju koko yang dianggapnya hanya meneruskan tradisi belaka. [post_title] => 3 Hati Dua Dunia, Satu Cinta [post_excerpt] => [post_status] => publish [comment_status] => closed [ping_status] => closed [post_password] => [post_name] => 3-hati-dua-dunia-satu-cinta [to_ping] => [pinged] => [post_modified] => 2020-12-23 04:28:11 [post_modified_gmt] => 2020-12-23 04:28:11 [post_content_filtered] => [post_parent] => 0 [guid] => https://arsip.festivalfilm.id/?post_type=film&p=7544 [menu_order] => 0 [post_type] => film [post_mime_type] => [comment_count] => 0 [filter] => raw )
  • 2010 Nominasi Pemeran Pendukung Wanita Terbaik 3 Hati Dua Dunia, Satu Cinta