Mia sangat berkeinginan untuk membuat pertunjukan teater. Namun mimpi tersebut harus terhenti sementara karena ia divonis mengidap kanker, penyakit yang merenggut nyawa ibunya. Mia merasa seluruh pengalaman kelam akan kembali terulang. Ayahnya akan kembali terpuruk, ekonominya merosot.
Mia selalu ditemani oleh Wanita Bernuansa Pelangi, yang setia dan bersikap positif di sampingnya. Mia berjuang menguatkan dirinya untuk menghadapi beberapa proses kemoterapi, sampai hampir seluruh energi yang telah ia persiapkan untuk membuat pertunjukan habis terpakai.
Pada suatu hari Mia mendatangi sebuah production house untuk memberikan naskah yang menjadi mimpi dan semangatnya itu kepada produser. Sang Produser tidak dapat ia temui. Dengan kecewa Mia pulang, tetapi ia menemukan sebuah pertunjukan kecil dari sebuah poster.
Mia masuk dan menonton pertunjukan itu. Mia terpaku pada seorang aktor tampan, David. Usai pertunjukan, Mia yang sedang bergegas pulang bertemu dengan David. Mia pun terus menjalin komunikasi dengan sang aktor. Ia mendapat bantuan untuk menyerahkan langsung naskah yang ia tulis kepada sang produser, Rama Sastra. Mereka berhasil membuat Rama setuju untuk membaca naskah tersebut, bahkan tergerak untuk membantu Mia mewujudkannya menjadi kenyataan.
Dengan dukungan penuh David, Wanita Bernuansa Pelangi, dan optimisme tinggi, Mia mulai kembali mengejar mimpinya, sampai harus terbaring diam di rumah sakit. Mia harus menjalani operasi pengangkatan sel kankernya. Usai melalui operasi yang sukses, Mia segera kembali mengejar impiannya.