Sutoro Margono atau sering disapa Torro Margens seorang aktor dan sutradara di era tahun 1970-an dan 1980-an, serta sempat aktif bermain di sinetron dan FTV. Torro Margens dikenal luas masyarakat karena perannya sebagai antagonis. Di antara film-film yang ia sutradarai, ia memakai aktor dan aktris seperti Barry Prima, Raja Emma, Kiki Fatmala, dan Ayu Azhari.
Torro lahir pada 5 Juli 1950 dengan nama Sutoro Margono. Sejak kecil ia suka berakting. Dunia akting profesional dimulainya ketika mendirikan Teater Remaja Jakarta di Direktorat Kesenian dan Kebudayaan (Pemda DKI Jakarta) sekitar tahun 1969, setahun sebelum ia membentuk Sanggar Prakarya.
Pada tahun 1970-an, ia memutuskan untuk hijrah ke Jakarta dari kampung halamannya di Paduraksa, Pemalang, Jawa Tengah untuk menjadi seorang aktor. Mimpinya itu akhirnya terwujud. Terhitung sejak tahun 1974, Torro eksis di dunia seni peran.
Namun, di awal kariernya sebagai aktor, Torro pernah berpindah profesi sebagai penerjemah. Namun karena ia tidak betah, Torro memutuskan untuk keluar dan kembali ke seni peran. Ia kembali memulai kariernya di bidang tersebut dari nol–siang hari melakukan syuting film dan malam hari Torro bahkan pernah mengecat trotoar untuk menyambung hidup.
Sejak tahun 1974, Torro Margens sudah terlibat dalam berbagai film. Peran antagonis menjadi spesialiasinya. Beberapa dari puluhan judul film yang pernah dibintanginya antara lain: Ciuman Beracun (1976), Si Buta dari Gua Hantu (1977), Sirkuit Cinta (1978), Sirkuit Kemelut (1980), Perawan Rimba (1982), Ken Arok-Ken Dedes (1983), Tutur Tinular III (1992), Si Kabayan Mencari Jodoh (1994), Janus: Prajurit Terakhir (2003), 9 Naga (2006), Tendangan dari Langit (2011), Mencari Hilal (2014), hingga film terakhir yang ia perankan, Love for Sale (2018).
Torro juga pernah menjajal karier sebagai sutradara. Beberapa film yang pernah disutradarai olehnya antara lain: Bercinta dalam Duka (1984), Preman (1985), Yang Perkasa (1986), Pernikahan Berdarah (1987), Lukisan Berlumur Darah (1988) dan Cinta Berdarah (1989), Sepasang Mata Maut (1989), Prabu Anglingdarma (1990), Prabu Anglingdarma 2 (1990), Saur Sepuh V (Istana Atap Langit) (1992), Surgaku Nerakaku (1994) dan Kabut Asmara (1994). Selain menjadi sutradara, di antara beberapa film yang disebut di atas, Torro pun bertindak sebagai pemain sekaligus penata skenario.
Saat perfilman Indonesia mengalami "mati suri", Torro Margens hijrah ke sinetron demi kelangsungan ekonomi keluarganya. Cobaan kembali menghadang Torro saat krisis ekonomi melanda Tanah Air di pengujung 1990-an. Ia tidak punya penghasilan karena tidak main sinetron untuk beberapa lama. Untuk menghidupi keluarganya, ia terpaksa menjadi sopir omprengan.
Setelah tahun 1999, perekonomian Torro mulai bangkit. Banyak sinetron yang ia bintangi diantaranya Melangkah Di Atas Awan, Balada Dangdut, Keluargaku Sorgaku, PadaMu Kubersimpuh, Serpihan Badai, Hidayah, Rahasia Ilahi, Tukang Bubur Naik Haji The Series dan Utusan Dari Surga.
Dari tahun 2004 hingga 2006, Torro juga sempat menjajal kemampuannya sebagai presenter Gentayangan, semacam program uji nyali yang pernah ditayangkan di stasiun televisi TPI.
Pada Februari 2010, Torro menyatakan akan maju sebagai calon wakil bupati Pemalang dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) yang akan berlangsung pada bulan Desember. Dia maju bersama calon bupati Iman Santoso melalui jalur perseorangan (independen). Menurut Torro, dirinya sengaja mencalonkan diri melalui jalur independen dalam Pilkada Kabupaten Pemalang karena terpanggil untuk ikut membangun tanah kelahirannya.
Pada 4 Oktober 2016, Torro Margens memenuhi panggilan pemeriksaan dari penyidik Polda Metro Jaya untuk dimintai keterangan sebagai saksi terkait kepemilikan senjata api Gatot Brajamusti.[11] Hal ini disebabkan karena Torro pernah terlibat dalam film DPO yang diproduseri oleh Gatot. Namun, Torro akhirnya tidak terbukti terkait langsung perkara ini.
Pada hari Jumat, 4 Januari 2019 dini hari, Torro menghembuskan nafas terakhirnya di usia 68 tahun akibat infeksi lambung yang dideritanya. Kabar mengenai berpulangnya Torro tersebut diketahui dari unggahan sang anak, Toma Margens dalam akun Instagram miliknya. Jenazah Torro Margens disemayamkan di kawasan Sukabumi, Jawa Barat.