Sha Ine Febriyanti (lahir di Semarang, Jawa Tengah, 18 Februari 1976) adalah seorang aktris dan sutradara berkebangsaan Indonesia. Ia mengawali karier dari dunia model setelah terpilih menjadi Covel Girl Majalah Mode pada tahun 1992, kemudian merambah dunia seni peran dengan membintangi sinetron Darah Biru. Ia diajak bermain dalam telesinema Siluet di bawah arahan sutradara Aria Kusumadewa.
WP_Post Object
(
[ID] => 828
[post_author] => 2
[post_date] => 2020-08-12 06:29:52
[post_date_gmt] => 2020-08-12 06:29:52
[post_content] => Nay (Sha Ine Febriyanti), aktris, mendapati janin yang dikandungnya sudah berumur 11 minggu. Nay pun segera mengutarakan perihal tersebut kepada pacarnya, Ben, seorang anak mami, yang lebih mementingkan ibunya ketimbang janin mereka. Nay sulit untuk mengambil keputusan yang seharusnya disepakati berdua. Apalagi, Nay mendapat kabar bahwa ia terpilih sebagai pemeran utama dalam sebuah produksi film internasional.
Akhirnya Nay menceritakan masalahnya kepada Ajeng, manajernya, yang tidak setuju jika Nay menyia-nyiakan kesempatan amat berharga itu demi janinnya. Dalam perjalanan di mobil, Nay harus menghadapi berbagai macam fakta dan ragam sifat manusia yang sebenarnya Ben, Ajeng, Mami Ben, dan Pram, laki-laki yang dianggapnya dapat diandalkan.
Nay pun berhadapan kembali dengan sejarah kelam masa lalunya. Sosok ayah yang tak pernah dikenalnya, juga ibu yang pernah mengecewakannya.
[post_title] => Nay
[post_excerpt] =>
[post_status] => publish
[comment_status] => closed
[ping_status] => closed
[post_password] =>
[post_name] => nay
[to_ping] =>
[pinged] =>
[post_modified] => 2020-08-20 12:01:24
[post_modified_gmt] => 2020-08-20 12:01:24
[post_content_filtered] =>
[post_parent] => 0
[guid] => https://arsip.festivalfilm.id/?post_type=film&p=828
[menu_order] => 0
[post_type] => film
[post_mime_type] =>
[comment_count] => 0
[filter] => raw
)
-
2019
Nominasi Pemeran Utama Wanita Terbaik
Nay
WP_Post Object
(
[ID] => 1514
[post_author] => 3
[post_date] => 2020-08-29 08:15:05
[post_date_gmt] => 2020-08-29 08:15:05
[post_content] => Ini adalah kisah dua anak manusia yang meramu cinta di atas pentas pergelutan tanah kolonial awal abad 20. Inilah kisah Minke dan Annelies. Cinta yang hadir di hati Minke untuk Annelies, membuatnya mengalami pergulatan batin tak berkesudahan. Dia, pemuda pribumi, Jawa totok. Sementara Annelies, gadis Indo Belanda anak seorang Nyai. Bapak Minke yang baru saja diangkat jadi Bupati, tak pernah setuju Minke dekat dengan keluarga Nyai, sebab posisi Nyai di masa itu dianggap sama rendah dengan binatang peliharaan. Namun Nyai yang satu ini, Nyai Ontosoroh, ibunda Annelies, berbeda. Minke mengagumi segala pemikiran dan perjuangannya melawan keangkuhan hegemoni bangsa kolonial. Bagi Minke, Nyai Ontosoroh adalah cerminan modernisasi yang kala itu sedang memulai geliatnya. Ketika keangkuhan hukum kolonial mencoba merenggut paksa Annelies dari sisi Minke, Nyai Ontosoroh pula yang meletupkan semangat agar Minke terus maju dan memekikkan satu kata, “Lawan!”
[post_title] => Bumi Manusia
[post_excerpt] =>
[post_status] => publish
[comment_status] => closed
[ping_status] => closed
[post_password] =>
[post_name] => bumi-manusia
[to_ping] =>
[pinged] =>
[post_modified] => 2020-08-29 08:15:05
[post_modified_gmt] => 2020-08-29 08:15:05
[post_content_filtered] =>
[post_parent] => 0
[guid] => https://arsip.festivalfilm.id/?post_type=film&p=1514
[menu_order] => 0
[post_type] => film
[post_mime_type] =>
[comment_count] => 0
[filter] => raw
)
-
2019
Nominasi Pemeran Utama Wanita Terbaik
Bumi Manusia