Arsip Festival Film Indonesia

Riri Riza

2 Oktober 1970

Mohammad Rivai Riza atau yang lebih dikenal dengan nama Riri Riza (lahir di Makassar) adalah seorang sutradara, penulis skenario, dan produser film asal Indonesia. Dia muncul dalam debutnya sebagai sutradara melalui film Kuldesak pada tahun 1998.

 

Lulusan SMA Labschool Jakarta dan Institut Kesenian Jakarta ini sering berkolaborasi dengan sahabatnya, Mira Lesmana dalam pembuatan film-filmnya.

 

Riri Riza telah 4 kali dinominasikan sebagai Sutradara Terbaik; yaitu pada 2004, 2005, 2014, dan 2016, dan memenangkannya pada tahun 2016 (Athirah). Selain itu, Riri juga selalu masuk nominasi Penulis Skenario/ Skenario Adaptasi Terbaik di setiap film dimana dia dinominasikan sebagai Sutradara Terbaik itu; dan dia memenangkannya pada 2004 (Eliana, Eliana), 2014 (Sokola Rimba), dan 2016 (Athirah) – hanya pada 2005 dia kalah.

3 Piala 6 Nominasi

    WP_Post Object ( [ID] => 44 [post_author] => 2 [post_date] => 2020-07-17 06:47:10 [post_date_gmt] => 2020-07-17 06:47:10 [post_content] => Karena kegigihannya dan sang suami, mereka membangun bisnis keluarga dari nol hingga sukses di Makassar. Keluarga yang harmonis ini kerap menghabiskan waktu berdiskusi bersama di meja makan dengan hidangan khas Sulawesi Selatan. [post_title] => Athirah [post_excerpt] => [post_status] => publish [comment_status] => open [ping_status] => open [post_password] => [post_name] => athirah [to_ping] => [pinged] => [post_modified] => 2020-08-25 16:35:25 [post_modified_gmt] => 2020-08-25 16:35:25 [post_content_filtered] => [post_parent] => 0 [guid] => https://arsip.festivalfilm.id/?p=44 [menu_order] => 0 [post_type] => film [post_mime_type] => [comment_count] => 0 [filter] => raw )
  • 2019 Nominasi Sutradara Terbaik Athirah
  • WP_Post Object ( [ID] => 44 [post_author] => 2 [post_date] => 2020-07-17 06:47:10 [post_date_gmt] => 2020-07-17 06:47:10 [post_content] => Karena kegigihannya dan sang suami, mereka membangun bisnis keluarga dari nol hingga sukses di Makassar. Keluarga yang harmonis ini kerap menghabiskan waktu berdiskusi bersama di meja makan dengan hidangan khas Sulawesi Selatan. [post_title] => Athirah [post_excerpt] => [post_status] => publish [comment_status] => open [ping_status] => open [post_password] => [post_name] => athirah [to_ping] => [pinged] => [post_modified] => 2020-08-25 16:35:25 [post_modified_gmt] => 2020-08-25 16:35:25 [post_content_filtered] => [post_parent] => 0 [guid] => https://arsip.festivalfilm.id/?p=44 [menu_order] => 0 [post_type] => film [post_mime_type] => [comment_count] => 0 [filter] => raw )
  • 2019 Nominasi Penulis Skenario Cerita Adaptasi Terbaik Athirah
  • WP_Post Object ( [ID] => 1531 [post_author] => 3 [post_date] => 2020-08-29 10:28:36 [post_date_gmt] => 2020-08-29 10:28:36 [post_content] => Vina (Maizura), seorang remaja SMA yang berasal dari sebuah kota kecil di Jawa Barat, baru saja pindah ke SMA Negeri bergengsi di ibu kota Jakarta. Pada hari pertama di sekolah, Vina ditertawakan karena logat bicaranya dan juga diintimidasi oleh seorang siswa cowok. Beruntung, Vina ditolong dan dibantu beradaptasi oleh empat cewek dan seorang cowok yang disegani di sekolah. Ada Kris (Sheryl Sheinafia) sang pemimpin, Jessica (Agatha Pricilla) yang lucu dan terobsesi pada kecantikan, Gina (Zulfa Maharani) yang pemberani dan anak terkaya di grup, Suci (Lutesha) yang cantik dan misterius, serta Jojo (Baskara Mahendra) satu-satunya cowok dalam pertemanan mereka. Vina dengan cepat menjadi bagian dari geng mereka, yang lalu dikenal dengan nama GENG BEBAS. Kebersamaan mereka terusik saat terjadi peristiwa tragis yang menyebabkan keenam sahabat ini harus dipisahkan. Semua kejadian di masa remaja ini terungkap ketika Vina dewasa (Marsha Timothy) bertemu kembali tanpa disengaja dengan Kris dewasa (Susan Bachtiar) di rumah sakit. Kris yang hidupnya divonis tidak akan lama lagi meminta Vina untuk mengumpulkan kembali Geng Bebas agar ia bisa bertemu semuanya untuk terakhir kali. Perjalanan Vina mencari kembali satu persatu sahabatnya, Jessica (Indy Barends), Jojo (Baim Wong), Gina (Widi Mulia), dan Suci yang misterius, mengantar kita ke kisah masa remaja Geng Bebas yang membuat mereka menyadari betapa kehidupan di masa dewasa telah membuat mereka lupa siapa mereka sebenarnya. Sebuah kisah unik, lucu, dan mengharukan yang menggambarkan dua masa dalam satu film. Film BEBAS akan membawa kita pada nostalgia kisah cinta, patah hati, dan pertemanan yang abadi. [post_title] => Bebas [post_excerpt] => [post_status] => publish [comment_status] => closed [ping_status] => closed [post_password] => [post_name] => bebas [to_ping] => [pinged] => [post_modified] => 2020-08-30 12:44:12 [post_modified_gmt] => 2020-08-30 12:44:12 [post_content_filtered] => [post_parent] => 0 [guid] => https://arsip.festivalfilm.id/?post_type=film&p=1531 [menu_order] => 0 [post_type] => film [post_mime_type] => [comment_count] => 0 [filter] => raw )
  • 2019 Nominasi Sutradara Terbaik Bebas
  • WP_Post Object ( [ID] => 44 [post_author] => 2 [post_date] => 2020-07-17 06:47:10 [post_date_gmt] => 2020-07-17 06:47:10 [post_content] => Karena kegigihannya dan sang suami, mereka membangun bisnis keluarga dari nol hingga sukses di Makassar. Keluarga yang harmonis ini kerap menghabiskan waktu berdiskusi bersama di meja makan dengan hidangan khas Sulawesi Selatan. [post_title] => Athirah [post_excerpt] => [post_status] => publish [comment_status] => open [ping_status] => open [post_password] => [post_name] => athirah [to_ping] => [pinged] => [post_modified] => 2020-08-25 16:35:25 [post_modified_gmt] => 2020-08-25 16:35:25 [post_content_filtered] => [post_parent] => 0 [guid] => https://arsip.festivalfilm.id/?p=44 [menu_order] => 0 [post_type] => film [post_mime_type] => [comment_count] => 0 [filter] => raw )
  • 2019 Pemenang Sutradara Terbaik Athirah
  • WP_Post Object ( [ID] => 44 [post_author] => 2 [post_date] => 2020-07-17 06:47:10 [post_date_gmt] => 2020-07-17 06:47:10 [post_content] => Karena kegigihannya dan sang suami, mereka membangun bisnis keluarga dari nol hingga sukses di Makassar. Keluarga yang harmonis ini kerap menghabiskan waktu berdiskusi bersama di meja makan dengan hidangan khas Sulawesi Selatan. [post_title] => Athirah [post_excerpt] => [post_status] => publish [comment_status] => open [ping_status] => open [post_password] => [post_name] => athirah [to_ping] => [pinged] => [post_modified] => 2020-08-25 16:35:25 [post_modified_gmt] => 2020-08-25 16:35:25 [post_content_filtered] => [post_parent] => 0 [guid] => https://arsip.festivalfilm.id/?p=44 [menu_order] => 0 [post_type] => film [post_mime_type] => [comment_count] => 0 [filter] => raw )
  • 2019 Pemenang Penulis Skenario Cerita Adaptasi Terbaik Athirah
  • WP_Post Object ( [ID] => 5983 [post_author] => 3 [post_date] => 2020-12-05 10:29:23 [post_date_gmt] => 2020-12-05 10:29:23 [post_content] => Martin, mahasiswa film di Jakarta, pulang ke Sumba karena panggilan keluarga untuk melaksanakan keinginan almarhum ayahnya yang mewariskan sebuah kartrij film 16 mm yang belum terekspos. Film itu harus ditayangkan untuk penduduk Sumba. Ia mulai dengan mencari informasi cara dan bahan-bahan untuk “mencuci” film itu lewat internet. Lalu ia mencari bahan-bahan langka di zaman digital ini. Perjalanan ini mempertemukan Martin dengan Ana, yang menanti kabar suaminya yang bekerja di luar negeri. Sebuah perjalanan yang mengungkap tentang Sumba, adatnya, film, dan dirinya. [post_title] => Humba Dreams [post_excerpt] => [post_status] => publish [comment_status] => closed [ping_status] => closed [post_password] => [post_name] => humba-dreams [to_ping] => [pinged] => [post_modified] => 2020-12-05 10:34:27 [post_modified_gmt] => 2020-12-05 10:34:27 [post_content_filtered] => [post_parent] => 0 [guid] => https://arsip.festivalfilm.id/?post_type=film&p=5983 [menu_order] => 0 [post_type] => film [post_mime_type] => [comment_count] => 0 [filter] => raw )
  • 2019 Nominasi Penulis Skenario Asli Terbaik Humba Dreams
  • WP_Post Object ( [ID] => 5983 [post_author] => 3 [post_date] => 2020-12-05 10:29:23 [post_date_gmt] => 2020-12-05 10:29:23 [post_content] => Martin, mahasiswa film di Jakarta, pulang ke Sumba karena panggilan keluarga untuk melaksanakan keinginan almarhum ayahnya yang mewariskan sebuah kartrij film 16 mm yang belum terekspos. Film itu harus ditayangkan untuk penduduk Sumba. Ia mulai dengan mencari informasi cara dan bahan-bahan untuk “mencuci” film itu lewat internet. Lalu ia mencari bahan-bahan langka di zaman digital ini. Perjalanan ini mempertemukan Martin dengan Ana, yang menanti kabar suaminya yang bekerja di luar negeri. Sebuah perjalanan yang mengungkap tentang Sumba, adatnya, film, dan dirinya. [post_title] => Humba Dreams [post_excerpt] => [post_status] => publish [comment_status] => closed [ping_status] => closed [post_password] => [post_name] => humba-dreams [to_ping] => [pinged] => [post_modified] => 2020-12-05 10:34:27 [post_modified_gmt] => 2020-12-05 10:34:27 [post_content_filtered] => [post_parent] => 0 [guid] => https://arsip.festivalfilm.id/?post_type=film&p=5983 [menu_order] => 0 [post_type] => film [post_mime_type] => [comment_count] => 0 [filter] => raw )
  • 2019 Nominasi Sutradara Terbaik Humba Dreams
  • WP_Post Object ( [ID] => 5117 [post_author] => 3 [post_date] => 2020-11-04 17:34:05 [post_date_gmt] => 2020-11-04 17:34:05 [post_content] => Setelah hampir tiga tahun bekerja di sebuah lembaga konservasi di wilayah Jambi, Butet Manurung telah menemukan hidup yang diinginkannya, mengajarkan baca tulis dan menghitung kepada anak-anak masyarakat suku anak dalam, yang dikenal sebagai Orang Rimba, yang tinggal di hulu sungai Makekal di hutan bukit Duabelas.   Hingga suatu hari Butet terserang demam malaria di tengah hutan, seorang anak tak dikenal datang menyelamatkannya. Nyungsang Bungo nama anak itu, berasal dari Hilir sungai Makekal, yang jaraknya sekitar 7 jam perjalanan untuk bisa mencapai hulu sungai, tempat Butet mengajar. Diam-diam Bungo telah lama memperhatikan Ibu guru Butet mengajar membaca. Ia membawa segulung kertas perjanjian yang telah di’cap jempol’ oleh kepala adatnya, sebuah surat persetujuan orang desa mengeksploitasi tanah adat mereka. Bungo ingin belajar membaca dengan Butet agar dapat membaca surat perjanjian itu.   Pertemuan dengan Bungo menyadarkan Butet untuk memperluas wilayah kerjanya ke arah hilir sungai Makekal. Namun keinginannya itu tidak mendapatkan restu baik dari tempatnya bekerja, maupun dari kelompok rombong Bungo yang masih percaya bahwa belajar baca tulis bias membawa malapetaka bagi mereka.   Namun melihat keteguhan hati Bungo dan kecerdasannya membuat Butet mencari segala cara agar ia bisa tetap mengajar Bungo, hingga malapetaka yang ditakuti oleh Kelompok Bungo betul-betul terjadi. Butet terpisahkan dari masyarakat Rimba yang dicintainya. [post_title] => Sokola Rimba [post_excerpt] => [post_status] => publish [comment_status] => closed [ping_status] => closed [post_password] => [post_name] => sokola-rimba [to_ping] => [pinged] => [post_modified] => 2020-11-04 17:38:13 [post_modified_gmt] => 2020-11-04 17:38:13 [post_content_filtered] => [post_parent] => 0 [guid] => https://arsip.festivalfilm.id/?post_type=film&p=5117 [menu_order] => 0 [post_type] => film [post_mime_type] => [comment_count] => 0 [filter] => raw )
  • 2019 Nominasi Sutradara Terbaik Sokola Rimba
  • WP_Post Object ( [ID] => 5117 [post_author] => 3 [post_date] => 2020-11-04 17:34:05 [post_date_gmt] => 2020-11-04 17:34:05 [post_content] => Setelah hampir tiga tahun bekerja di sebuah lembaga konservasi di wilayah Jambi, Butet Manurung telah menemukan hidup yang diinginkannya, mengajarkan baca tulis dan menghitung kepada anak-anak masyarakat suku anak dalam, yang dikenal sebagai Orang Rimba, yang tinggal di hulu sungai Makekal di hutan bukit Duabelas.   Hingga suatu hari Butet terserang demam malaria di tengah hutan, seorang anak tak dikenal datang menyelamatkannya. Nyungsang Bungo nama anak itu, berasal dari Hilir sungai Makekal, yang jaraknya sekitar 7 jam perjalanan untuk bisa mencapai hulu sungai, tempat Butet mengajar. Diam-diam Bungo telah lama memperhatikan Ibu guru Butet mengajar membaca. Ia membawa segulung kertas perjanjian yang telah di’cap jempol’ oleh kepala adatnya, sebuah surat persetujuan orang desa mengeksploitasi tanah adat mereka. Bungo ingin belajar membaca dengan Butet agar dapat membaca surat perjanjian itu.   Pertemuan dengan Bungo menyadarkan Butet untuk memperluas wilayah kerjanya ke arah hilir sungai Makekal. Namun keinginannya itu tidak mendapatkan restu baik dari tempatnya bekerja, maupun dari kelompok rombong Bungo yang masih percaya bahwa belajar baca tulis bias membawa malapetaka bagi mereka.   Namun melihat keteguhan hati Bungo dan kecerdasannya membuat Butet mencari segala cara agar ia bisa tetap mengajar Bungo, hingga malapetaka yang ditakuti oleh Kelompok Bungo betul-betul terjadi. Butet terpisahkan dari masyarakat Rimba yang dicintainya. [post_title] => Sokola Rimba [post_excerpt] => [post_status] => publish [comment_status] => closed [ping_status] => closed [post_password] => [post_name] => sokola-rimba [to_ping] => [pinged] => [post_modified] => 2020-11-04 17:38:13 [post_modified_gmt] => 2020-11-04 17:38:13 [post_content_filtered] => [post_parent] => 0 [guid] => https://arsip.festivalfilm.id/?post_type=film&p=5117 [menu_order] => 0 [post_type] => film [post_mime_type] => [comment_count] => 0 [filter] => raw )
  • 2019 Pemenang Skenario Adaptasi Terbaik Sokola Rimba