Arsip Festival Film Indonesia

Gope T. Samtani

1 Oktober 1943

Gobind Tejoomal Samtani atau lebih dikenal masyarakat dengan nama Gope T. Samtani (lahir di Surakarta) merupakan seorang pengusaha dan produser film dari Indonesia. Ia merupakan pendiri sekaligus pemilik rumah produksi Rapi Films. Pada masa mudanya, Gope sempat berkeinginan menjadi seorang dokter namun cita-citanya tidak kesampaian. Ia lantas menjadi pedagang pakaian sebelum kemudian mendirikan rumah produksi Rapi Films.

 

Gope sendiri sudah hobi menonton film sejak usia kanak-kanak. Modalnya pada saat Gope mendirikan Rapi Films pada tahun 1968 sekitar Rp 3 juta. Rapi Films awalnya didirikan sebagai perusahaan ekspor-impor. Untuk usahanya ini ia tidak segan-segan meminta nasihat kakaknya, Subagio Samtani, yang sudah berpengalaman sebagai produser melalui PT Sambung Film. Turino Djunaidi dari PT Sarinande Film juga menjadi tempatnya bertanya.

 

Pada 1970 produksi PT Rapi Film yang pertama sukses dibuat dengan judul Air Mata Kekasih. Dengan produksi rata-rata tiga film per tahun, perusahaan Gope sampai awal 1985 sudah menghasilkan 45 judul. Pernah mendapat penghargaan Parfi sebagai Produser Teladan, Gope juga sudah dua kali memperoleh piala Antemas, penghargaan untuk film terlaris. Film-film tersebut: Rahasia Perkawinan (pada FFI 1981 Semarang) dan Nyi Blorong (FFI 1983 di Medan).

1 Piala 1 Nominasi

    WP_Post Object ( [ID] => 6777 [post_author] => 3 [post_date] => 2020-12-19 09:35:34 [post_date_gmt] => 2020-12-19 09:35:34 [post_content] => Setelah sakit aneh selama 3 tahun, Ibu akhirnya meninggal dunia. Bapak lalu memutuskan untuk kerja di luar kota meninggalkan anak-anak. Tak lama kemudian, anak-anak merasa bahwa Ibu kembali berada di rumah. Situasi semakin menyeramkan ketika mereka mengetahui bahwa Ibu datang lagi tidak sekedar untuk menjenguk, tapi untuk menjemput mereka. [post_title] => Pengabdi Setan [post_excerpt] => [post_status] => publish [comment_status] => closed [ping_status] => closed [post_password] => [post_name] => pengabdi-setan [to_ping] => [pinged] => [post_modified] => 2020-12-19 09:42:16 [post_modified_gmt] => 2020-12-19 09:42:16 [post_content_filtered] => [post_parent] => 0 [guid] => https://arsip.festivalfilm.id/?post_type=film&p=6777 [menu_order] => 0 [post_type] => film [post_mime_type] => [comment_count] => 0 [filter] => raw )
  • 2017 Nominasi Film Terbaik Pengabdi Setan
  • WP_Post Object ( [ID] => 7184 [post_author] => 3 [post_date] => 2020-12-22 11:10:13 [post_date_gmt] => 2020-12-22 11:10:13 [post_content] => Pendudukan Jepang ternyata tidak lebih baik dari Belanda. Jepang mulai melarang pengibaran bendera merah putih, melarang lagu Indonesia Raya dan memaksa rakyat Indonesia untuk melakukan Sekerei (menghormat kepada Matahari). KH Hasyim Asyari sebagai tokoh besar agamis saat itu menolak untuk melakukan Sekerei karena beranggapan bahwa tindakan itu menyimpang dari aqidah agama Islam. Menolak karena sebagai umat Islam, hanya boleh menyembah kepada Allah SWT. Karena tindakannya yang berani itu, Jepang menangkap KH Hasyim Asyari.   KH Wahid Hasyim, salah satu putra dia mencari jalan diplomasi untuk membebaskan KH Hasyim Asyari. Berbeda dengan Harun, salah satu santri KH Hasyim Asyari yang percaya cara kekerasanlah yang dapat menyelesaikan masalah tersebut. Harun menghimpun kekuatan santri untuk melakukan demo menuntut kebebasan KH Hasyim Asyari. Tetapi harun salah karena cara tersebut malah menambah korban berjatuhan.   Dengan cara damai KH Wahid Hasyim berhasil memenangkan diplomasi terhadap pihak Jepang dan KH Hasyim Asyari berhasil dibebaskan. Ternyata perjuangan melawan Jepang tidak berakhir sampai disini. Jepang memaksa rakyat Indonesia untuk melimpahkan hasil bumi. Jepang menggunakan Masyumi yang diketuai KH. Hasyim Asy'ari untuk menggalakkan bercocok tanam. Bahkan seruan itu terselip di ceramah sholat Jum'at. Ternyata hasil tanam rakyat tersebut harus disetor ke pihak Jepang. Padahal saat itu rakyat sedang mengalami krisis beras, bahkan lumbung pesantren pun nyaris kosong. Harun melihat masalah ini secara harfiah dan merasa bahwa KH. Hasyim Asy'ari mendukung Jepang, hingga ia memutuskan untuk pergi dari pesantren.   Jepang kalah perang, Sekutu mulai datang. Soekarno sebagai presiden saat itu mengirim utusannya ke Tebuireng untuk meminta KH Hasyim Asyari membantu mempertahankan kemerdekaan. KH Hasyim Asyari menjawab permintaan Soekarno dengan mengeluarkan Resolusi Jihad yang kemudian membuat barisan santri dan masa penduduk Surabaya berduyun duyun tanpa rasa takut melawan sekutu di Surabaya. Gema resolusi jihad yang didukung oleh semangat spiritual keagamaan membuat Indonesia berani mati.   Di Jombang, Sarinah membantu barisan santri perempuan merawat korban perang dan mempersiapkan ransum. Barisan laskar santri pulang dalam beberapa truk ke Tebuireng. KH Hasyim Asyari menyambut kedatangan santri- santrinya yang gagah berani, tetapi air mata mengambang di matanya yang nanar. [post_title] => Sang Kiai [post_excerpt] => [post_status] => publish [comment_status] => closed [ping_status] => closed [post_password] => [post_name] => sang-kiai [to_ping] => [pinged] => [post_modified] => 2020-12-22 11:10:13 [post_modified_gmt] => 2020-12-22 11:10:13 [post_content_filtered] => [post_parent] => 0 [guid] => https://arsip.festivalfilm.id/?post_type=film&p=7184 [menu_order] => 0 [post_type] => film [post_mime_type] => [comment_count] => 0 [filter] => raw )
  • 2017 Pemenang Film Terbaik Sang Kiai