WP_Post Object
(
[ID] => 6043
[post_author] => 3
[post_date] => 2020-12-05 11:37:07
[post_date_gmt] => 2020-12-05 11:37:07
[post_content] => Lukman adalah seorang grandmaster yang sudah tidak lagi percaya pada keajaiban. Di pertunjukan sulap terakhirnya, ia berencana untuk gagal dan sekaligus pamitan ke teman-temannya untuk tidak lagi bermain sulap. Lukman mempersiapkan trik mudah dari kotak kayu milik ayahnya. Ia akan memanggil seseorang dari penonton untuk masuk ke dalamnya, memakunya, ucapkan "Abracadabra!", dan tentu saja orang tersebut masih ada di dalamnya. Tidak ada kejaiban. Tapi yang tidak dia ketahui adalah, bahwa kotak itu milik banyak penyihir besar di masa lalu, hingga akhirnya sampai ke ayah Lukman yang juga seorang grandmaster. Pertunjukan berlangsung, dan seorang anak laki-laki yang masuk ke kotak itu menghilang. Lukman tidak mengerti bagaimana itu bisa terjadi. Ia juga tidak tahu bagaimana cara mengembalikan anak itu. Seorang Kepala Polisi yang sangat menginginkan kotak itu, berusaha mengejar Lukman dan menuduhnya dengan kasus penculikan anak. Kisah berubah menjadi permainan kucing dan tikus antara Lukman dan Kepala Polisi, mantan pesulap, yang ingin menangkap Lukman dan memiliki kotak itu untuk dirinya sendiri. Perjalanan Lukman untuk mulai percaya pada keajaiban kembali menjadi rumit ketika seorang perempuan, Sofnila, tiba-tiba muncul dari kotaknya. Sofnila percaya bahwa ia adalah salah satu asisten Lukito, ayah Lukman, yang dulu pernah menghilang di kotak itu. Perjalanan selanjutnya membuat Lukman bertemu dengan beberapa penyihir teman lama ayahnya, dan ia mulai mengerti bahwa dia tidak pernah dilahirkan oleh siapa pun kecuali ayahnya yang menemukannya di dalam kotak itu. Datuk, seekor harimau Sumatera, juga terus-menerus muncul sepanjang perjalanannya.
[post_title] => Abracadabra
[post_excerpt] =>
[post_status] => publish
[comment_status] => closed
[ping_status] => closed
[post_password] =>
[post_name] => abracadabra
[to_ping] =>
[pinged] =>
[post_modified] => 2020-12-05 12:14:56
[post_modified_gmt] => 2020-12-05 12:14:56
[post_content_filtered] =>
[post_parent] => 0
[guid] => https://arsip.festivalfilm.id/?post_type=film&p=6043
[menu_order] => 0
[post_type] => film
[post_mime_type] =>
[comment_count] => 0
[filter] => raw
)
WP_Post Object
(
[ID] => 6018
[post_author] => 3
[post_date] => 2020-12-05 11:14:33
[post_date_gmt] => 2020-12-05 11:14:33
[post_content] => Susi Susanti sudah jadi sensasi bulutangkis pada usia 14 tahun dan berkembang menjadi atlet paling dicintai di Indonesia. Di bawah bimbingan pelatihnya, Liang Chiu Sia dan didorong oleh janji kepada ayahnya, Susi berhasil mendapatkan pengakuan Internasional karena memenangkan medali emas Olimpiade pertama untuk Indonesia. Ketika terjadi gejolak ekonomi, Susi menggunakan kesempatan tersebut untuk menunjukkan bahwa kepahlawanan tidak diukur oleh tingginya kesuksesan seseorang, tetapi oleh kedalaman pengorbanan seseorang.
[post_title] => Susi Susanti: Love All
[post_excerpt] =>
[post_status] => publish
[comment_status] => closed
[ping_status] => closed
[post_password] =>
[post_name] => susi-susanti-love-all
[to_ping] =>
[pinged] =>
[post_modified] => 2020-12-05 11:26:45
[post_modified_gmt] => 2020-12-05 11:26:45
[post_content_filtered] =>
[post_parent] => 0
[guid] => https://arsip.festivalfilm.id/?post_type=film&p=6018
[menu_order] => 0
[post_type] => film
[post_mime_type] =>
[comment_count] => 0
[filter] => raw
)