WP_Post Object
(
[ID] => 7430
[post_author] => 3
[post_date] => 2020-12-22 18:10:23
[post_date_gmt] => 2020-12-22 18:10:23
[post_content] => Tan Kat Sun, pemeluk Konghucu/Buddha dan pemilik restoran masakan Tiongkok yang sudah sakit-sakitan, sangat sadar lingkungan, hingga cara masak dan peralatan masak dipisah secara tajam antara yang halal dan non-halal. Ia bermasalah dengan anaknya, Ping Hen alias Hendra, yang memiliki visi tersendiri dalam bisnis.
Soleh, Islam dan pengangguran yang rajin menjalankan ibadah, selalu gundah akan keadaan dirinya, sementara istrinya, Menuk, yang berjilbab bekerja di restoran Tan Kat Sun. Menuk yang praktis menjadi tiang keluarga, tampil sebagai istri teladan.
Rika, janda berputra tunggal, meneruskan usaha keluarga: toko buku. Atas pilihannya sendiri, ia belajar agama Katolik dan ingin dibaptis, sementara mendorong putranya untuk memperdalam agama Islam di masjid setempat. Ia juga bersahabat dengan Surya, yang bercita-cita menjadi aktor hebat tapi bernasib masih mendapat kesempatan peran-peran kecil. Saking tidak punya uang, ia menginap di masjid.
Kisah yang berputar pada permasalahan masing-masing keluarga dan perorangan tadi, berkelindan dengan masalah sosial masyarakat: kebencian antaretnis/agama, radikalisme agama dalam bentuk peristiwa penusukan pastor dan bom di gereja, perusakan restoran, juga usaha-usaha untuk menengahinya.
[post_title] => ?
[post_excerpt] =>
[post_status] => publish
[comment_status] => closed
[ping_status] => closed
[post_password] =>
[post_name] => tanda-tanya
[to_ping] =>
[pinged] =>
[post_modified] => 2020-12-22 18:10:23
[post_modified_gmt] => 2020-12-22 18:10:23
[post_content_filtered] =>
[post_parent] => 0
[guid] => https://arsip.festivalfilm.id/?post_type=film&p=7430
[menu_order] => 0
[post_type] => film
[post_mime_type] =>
[comment_count] => 0
[filter] => raw
)
WP_Post Object
(
[ID] => 7437
[post_author] => 3
[post_date] => 2020-12-22 18:24:04
[post_date_gmt] => 2020-12-22 18:24:04
[post_content] => Wahyu memiliki kemampuan luar biasa dalam bermain sepakbola. Ia tinggal di Desa Langitan di lereng gunung Bromo bersama ayahnya, penjual minuman hangat di kawasan wisata gunung api itu, dan ibunya. Demi membahagiakan orangtuanya, Wahyu memanfaatkan keahliannya dalam bermain bola dengan menjadi pemain sewaan dan bermain bola dari satu tim desa ke tim desa lain dengan bantuan Hasan, pamannya. Pak Darto, ayah Wahyu sangat tidak menyukai apa yang dilakukan anaknya.
Keahlian istimewanya tak sengaja dilihat oleh pelatih Timo yang tengah hiking bersama Matias di lereng Bromo. Timo kemudian menawari Wahyu untuk datang ke Malang dan menjalani tes bersama Persema Malang. Berbagai ujian dalam meraih kesempatan emas bermain bersama Irfan Bachdim dan Kim Kurniawan di Persema mendapat banyak halangan. Selain harus memilih antara cintanya kepada Indah dan impiannya untuk bermain bola di jenjang yang lebih tinggi, Wahyu juga harus mampu meyakinkan Pak Darto. Belum lagi ternyata Hasan memiliki kepentingannya sendiri terhadap Wahyu.
Selain berbagai rintangan yang harus ia hadapi, layaknya seorang pemain bola sebelum mencetak gol, Wahyu juga harus menghadapi tantangan terakhir dari dirinya sendiri. Sebuah penyakit yang biasa menyerang anak-anak usia enam belas tahun seperti Wahyu.
[post_title] => Tendangan dari Langit
[post_excerpt] =>
[post_status] => publish
[comment_status] => closed
[ping_status] => closed
[post_password] =>
[post_name] => tendangan-dari-langit
[to_ping] =>
[pinged] =>
[post_modified] => 2020-12-22 18:24:04
[post_modified_gmt] => 2020-12-22 18:24:04
[post_content_filtered] =>
[post_parent] => 0
[guid] => https://arsip.festivalfilm.id/?post_type=film&p=7437
[menu_order] => 0
[post_type] => film
[post_mime_type] =>
[comment_count] => 0
[filter] => raw
)