Adriyanto Waskito Dewo yang lahir di Jakarta adalah sutradara dan penulis skenario film Indonesia. Ia lulus dari Institut Kesenian Jakarta Jurusan Film dan Televisi.
Pada tahun 2008 ia menyutradarai film tugas akhirnya, film pendek hitam putih berjudul The Storyteller, dibintangi aktor Sujiwo Tejo dan Titi Rajo Bintang. Pada tahun 2010, di Hong Kong, ia membuat film pendek berjudul Nyanyian para Pejuang Sunyi, dengan tema Tenaga Kerja Wanita di Hong Kong, dibintangi Lola Amaria dan Titi Rajo Bintang. Film ini berhasil membawanya menjadi Sutradara Film Pendek terbaik di 6th Indonesian Film Festival di Melbourne.
Pada tahun 2014, ia menyutradarai film pendek hitam putih berjudul Menunggu Warna, yang merupakan bagian dari film Sanubari Jakarta. Sebagai film pendek, Menunggu Warna berhasil meraih dua penghargaan: Film Pendek Terbaik di Europe on Screen short film Competition 2014 dan Film Pendek Terbaik di Hanoi International Film Festival 2014. Film panjang pertamanya, Tabula Rasa, drama keluarga bertema makanan Indonesia ditayangkan di berbagai festival, seperti: CinemAsia Film Festival di Amsterdam, Festival of African, Asian, and Latin American Cinema di Milan, Cannes Antiphones/Cinephiles di Prancis, Shanghai International Film Festival, dan Bucheon International Fantastic Film Festival di Korea Selatan. Film ini juga membawanya memenangkan Sutradara Terbaik pada Festival Film Indonesia 2014.
WP_Post Object
(
[ID] => 6002
[post_author] => 3
[post_date] => 2020-12-05 10:54:22
[post_date_gmt] => 2020-12-05 10:54:22
[post_content] => Beberapa hari sebelum Lebaran, pasangan muda Firman dan Aida mudik. Suasana dalam mobil tegang karena Aida curiga akan perselingkuhan suaminya. Di tengah perjalanan, mereka terlibat dalam kecelakaan yang membuat mereka bertemu dengan Santi, yang suaminya meninggal dalam kecelakaan itu. Peristiwa tak terduga ini membuat Firman dan Aida harus berhadapan dengan kerabat dan masyarakat desa Santi. Santi mengikuti bujukan Aida untuk pergi. Dan di perjalanan terungkaplah masalah perkawinan Santi dan juga hubungan Firman-Aida.
[post_title] => Mudik
[post_excerpt] =>
[post_status] => publish
[comment_status] => closed
[ping_status] => closed
[post_password] =>
[post_name] => mudik
[to_ping] =>
[pinged] =>
[post_modified] => 2020-12-05 11:25:38
[post_modified_gmt] => 2020-12-05 11:25:38
[post_content_filtered] =>
[post_parent] => 0
[guid] => https://arsip.festivalfilm.id/?post_type=film&p=6002
[menu_order] => 0
[post_type] => film
[post_mime_type] =>
[comment_count] => 0
[filter] => raw
)
-
2014
Pemenang Penulis Skenario Asli Terbaik
Mudik
WP_Post Object
(
[ID] => 7093
[post_author] => 3
[post_date] => 2020-12-22 08:45:12
[post_date_gmt] => 2020-12-22 08:45:12
[post_content] => Hans, pemuda asal Serui, Papua, bercita-cita menjadi pesepakbola profesional. Namun nasib berkata lain. Pada saat Hans hampir kehilangan semangat hidupnya, ia bertemu dengan Mak, seorang pemilik rumah makan Minang sederhana. Di tengah perbedaan mereka, Hans dan Mak menemukan persamaan. Mimpi dan semangat hidup terbentuk kembali lewat makanan dan masakan.
Hans juga mendapat penolakan dari Parmanto, juru masak dan Natsir, juru senduak. Keadaan menjadi semakin memburuk ketika mereka mendapat saingan sebuah rumah makan baru yang lebih besar persis di depan lapau. Hans, Mak, Natsir dan Parmanto harus menyelesaikan perselisihan di antara mereka untuk menyelamatkan lapau mereka.
[post_title] => Tabula Rasa
[post_excerpt] =>
[post_status] => publish
[comment_status] => closed
[ping_status] => closed
[post_password] =>
[post_name] => tabula-rasa
[to_ping] =>
[pinged] =>
[post_modified] => 2020-12-22 08:45:12
[post_modified_gmt] => 2020-12-22 08:45:12
[post_content_filtered] =>
[post_parent] => 0
[guid] => https://arsip.festivalfilm.id/?post_type=film&p=7093
[menu_order] => 0
[post_type] => film
[post_mime_type] =>
[comment_count] => 0
[filter] => raw
)
-
2014
Pemenang Sutradara Terbaik
Tabula Rasa